LAPORAN
PRAKTIKUM AGROEKOLOGI
PENGARUH
PERSAINGAN SEJENIS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PERCOBAAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran
unggulan yang sejak lama telah di usahakan oleh petani secara intensif.
Komoditas sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional.
Komoditas ini juga sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan
distribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Dari analisis data ekspor-impor mengindikasikan bahwa
selama periode tersebut Indonesia adalah negara importer bawang merah, karena
volume ekspor untuk komuditas tersebut secara konsisten selalu lebih rendah
dibandingkan volume impornya.
Berbagai indikator menyangkut status, potensi dan prospek
pengembangan bawang merah di atas secara implisit tidak saja ciri positif
perkembangan bawang merah, tetapi celah dan kesenjangan (sumber pertumbuhan
produksi bawang merah yang didominasi oleh pertumbuhan areal serta peningkatan
impor yang semakin mengancam daya saing bawang merah domestik) yang perlu
mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani.
Untuk dapat menghasilkan produksi bawang merah secara
optimal dan meningkatkan hasil produksi harus memperhatikan beberapa faktor,
diantaranya adalah pengaturan jarak tanaman, agar tanaman satu dengan tanaman
yang lain tidak bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, mineral, sinar, udara dan ruang untuk hidup.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan
tanaman bawang merah pada persaingan sejenis.
1.3. KEGUNAAN PRAKTIKUM
Meminimalkan dampak negatif persaingan sejenis pada tanaman bawang merah di lahan
pertanian dengan pengaturan jarak tanam. Dan apabila melakukan penanaman dalam jumlah banyak dan
mengetahui dampak negatifnya bisa menghindari dampaknya atau meminimalkan
dampak yang terjadi untuk meningkatkan produksi. Praktikum ini juga dapat
menjadikan pengalaman serta pembelajaran yang berguna saat mahasiswa terjun ke
masyarakat atau ke lapanagan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari
spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber
daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang
diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979),
persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan
ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen
dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang
dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. (Indriyanto,2006)
Harper (1961) dalam Dede Setiadi,1989,
menyatakan bahwa persaingan antar jenis digunakan untuk menggambarkan adanya
persaingan antara individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan antar jenis terdiri atas:
1.
Persaingan aktivitas.
2.
Persaingan sumber makanan.
Kershan (1973), mengemukakan bahwa
persaingan antar jenis yang terdiri atas fase sedling sangat menentukan jumlah
tanaman yang dapat hidup sampai tingkat dewasa. (Dede Setiadi,1989). Persaingan intraspesifik pada
tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
1.
Jenis tanaman
Sifat-sifat biologi tanaman, system
perakaran, bentuk pertumbuhan dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran
tanaman ilalang yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan
unsur hara. Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju
transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2.
Kepadatan tumbuhan
jarak yang sempit antar tanaman pada
suatu lahan menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat
hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3.
penyebaran tanaman
penyebaran tanaman dapat dilakukan
melalui penyebaran biji dan melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang
penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari
tanaman yang menyebar melalui rimpang. Namun demikian persaingan penyebaran
tanaman tersebut sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu,
cahaya, oksigen dan air.
4.
Waktu
lamanya tanaman sejenis hidup
bersama. Peruode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling
peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.(Wijiyanti,2008).
Bawang Merah
Bawang merah merupakan tanaman semusim berumur sangat
pendek dan di perbanyak melalui vegetatif. Akan tetapi tanaman bawang merah
yang telah melalui periode pendinginan (vernalisasi) mengalami pembungaan di
lapangan.
Bawang merah biasanya digunakan
sebagai penyedapmasakan sehari-hari termasuk dijadikan bawang goreng. Kegunaan
lain bawang merah, yaitu sebagai obat tradisional untuk menurunkan suhu orang
panas demam. Daerah produksi bawang merah yang terbesar adalah Brebes-Tegal di
Jawa Tengah dan Probolinggo di Jawa Timur.
Taksonomi bawang merah
Devisio :
Spetmathophyta
Sub-Devisio : Angrospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Lilialaes
(lihaflorae)
Famili : Lilialaes
Genus : Allium
Species : Allium asoalonicium
Syarat tumbuh bawang merah
Tanaman ini dapat ditanaman dan tumbuh di datarsn rendah
sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Walaupun demikian untuk
pertumbuahan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dari permukan laut.
Komoditas sayuran ini pada umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk
seperti curah hujan dan intensitas curah hujan yang tinggi serta cuaca
berkabut. Tanaman bawang merah memerlukan penyinaran cahaya matahari yang
maksimal (minima 70% penyinaran), suhu udara 25-32o C serta
kelembapan nasti yang rendah.
Jenis tanah yang cocok untuk tanaman bawang
merah yaitu tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-humus atau latosol.
Ciri-ciri tanah yang baik antara lain yang berstuktur remah, tekstur sedang
sampai liat, darainase atau aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup
dan reaksi tanah tidak masam (pH:5,6-6,5).
Waktu tanam
yang baik adalah musim kemarau dengan ketersedian air atau pengairan yang
cukup, yaitu pada bulan April-Mei setelah panen padi pada bulan Juli atau
Agustus. Penanaman dimusim kemarau tersebut biasanya dilaksanakan pada lahan
bekas sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan
tegalan. Selain iyu bawang merah dapat ditanam secara tumpangsari seperti
tanaman capai.
BAB III
BAHAN dan METODE PERCOBAAN
3.1.
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang mulai tanggal 04/10/2012 s/d 12/11/2012.
3.2.
Bahan dan Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
polybag, cetok, penggaris, timbangan, gunting dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah tanah gembur, pupuk, umbi bawang merah, dan air keran
untuk menyiram.
3.3. Metode Percobaan
Metode percobaan dilakukan dengan 4 perlakuann yang berbeda yaitu:
a.
S1 berisi 1 tanaman bawang merah perpolybag.
b.
S2 berisi 2 tanaman bawang merah perpolybag.
c.
S3 berisi 3 tanaman bawang merah perpolybag.
d.
S4 berisi 4 tanaman bawang merah perpolibag,
Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3x.
Pengambilan data berupa tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan setiap minggu
hingga minggu ke-5. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode
statistic yang kemudian diplotkan dalam bentuk grafik dan histogram.
3.4. Pelaksanaan Percobaan
1. Tahap pengisian
media tanam dan bahan tanam
Ditentukan
lokasi untuk tempat pengambilan tanah. Tanah yang diambil dimasukan ke
dalam polybag kurang lebih tiga perempat dari isi polybag. Kemudian
setiap polybag diberi tanda. Polybag yang telah diisi tanah dibiarkan
sampai pada waktu penanaman.
Sebelum umbi yang telah
disiapkan untuk ditanam sebaiknya dilakukan pemilihan umbi yang paling
bagus atau baik untuk di
tanam terlebih dahulu dan pemangkasan pada ujung umbi atau 1/3nya, bertujuan
untuk mempercepat pertumbuhan.
2. Tahap Penanaman
Umbi atau tunas yang sudah
dipilih dengan baik kemudian ditanam di dalam polybag yang telah disiapkan.
Pola penanaman disesuaikan dengan metode percobaan, setiap polybag yang telah
ditanami umbi ditandai dengan menggunakan kertas label. Pada polybag 1
ditanam 1 umbi bawang merah, pada polybag 2 ditanami 2 umbi bawang
merah, pada polybag 3 ditanam 4 umbi bawang merah, dan pada polybag 4 ditanam 8 umbi bawang
merah. Jarak masing-masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
berdekatan dan penanaman umbi yaitu diditanam 2/3nya supaya mempercepat pertumbuhan
dan mencegah kebusukan pada umbi atau tunas.
3. Tahap
pemeliharaan
Tahap
pemeliharaan meliputi:
a. Penyiraman
Penyiraman yang telah dilakukan pada percobaan
ini yaitu setiap 2x
sehari dengan menggunakan air kran.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan
apa bila umbi yang ditanam tidak tumbuh. Penyulaman maksimal dilakukan hingga
dua minggu setelah penanaman. Pada percobaan ini penyulaman dilakukan tiga
polybag yaitu pada
- Polybag S1(1-1)
pada polybag ini disulam 1 tanaman bawang merah karena umbi bawang merah yang
ditanam busuk.
- Polybag S3
(3-2) pada polybag ini disulam 2 tanaman bawang merah karena umbi bawang merah
tidak tumbuh.
c. Penyianagan
penyiangan
dilakukan apabila di sekitar tanam tumbuh tumbuhan penganggu atau gulma, tanaman
penganggu tersebut dicabut agar tidak menganggu pertumbuhan bawang merah.
d. Pengendalian
hama dan penyakit
dilakukan
dengan cara mengambil secara langsung hama yang menyerang tanamani bawang merah
dan memotong daun yang terkena hama atau penyakit.
3.5. Parameter
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada semua tanaman bawang merah yang ada dengan
parameter pengamatan sebagia berikut:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tanaman dilakukan menggunan penggaris pada tanaman yang tingginya kurang dari 30 cm
dan menggunakan metren pada tanaman yang tingginya lebih dari 30 cm
dengan cara diukur dari pangkal tanaman sampai pada titik tumbuh atau ujung daun tanaman bawang merah. Pengukuran
dilakukan setiap minggu hingga minggu ke-5.
2. Jumlah
daun
Penghitungan
jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah yang terbentuk pada setiap
tanaman dan dilakukan setiap minggu hingga menggu ke-5.
3. Panjang
akar (cm)
Pengukuran
panjang akar tanaman dilakukan setelah tanaman
dipanen dan akarnya telah dibersihkan dari tanah, cara pengukurannya dilakukan
dari leher akar sampai ujung akar terpanjang.
4. Berat
basah akar (g)
Penimbangan berat basah akar
dilakukan setelah pemanenan saat akar masih dalam keadaan segar, penimbangan
dilakukan menggunakan timbanagan analitis.
5. Berat
kering akar (g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan
setelah akar dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh berat konstan,
penimbanggan dilakukan menggunakan timbangan digital.
6.
Berat basah tanaman bagian atas (g)
Penimbangan
berat basah tanaman bagian atas dilakukan setelah pemanenan saat tanaman masih
dalam keadaan segar, penimbangan dilakukan menggunakan timbanagan analitis.
7. Berat
kering tanaman bagian atas (g)
Penimbangan berat kering tanaman bagian
atas dilakukan setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh
berat konstan, penimbanggan dilakukan menggunakan timbangan digital.
8. Pengamatan visual
Pengamatan visual dilakukan pada saat panen dengan tujuan
untuk mengetahui atau membandingkan percobaan yang telah dilakukan berdasarkan
perlakuannya. Pengatan visual ini meliputi tinggi tanaman, besar dan tebal
daun, warna daun, kekekaran bagian atas tanaman, distribusi akar dan besar
umbi.
BAB IV
PANEN
4.1. Waktu panen
Pemanenan dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Tidar Magelang pada hari Senin tanggal 12 November 2012.
4.2. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan untuk pemanenan adalah: metren, timbangan, kantung kertas koran sebanyak 42 lembar, pisau/cutter, ember dan, alat
tulis.
4.3. Cara panen
- Mengukur tinggi tamaman dan menghitung jumlah daun.
- Menyiram media secukupnya.
- Menyobek polybag dan melepaskan tanah dari akar, mengusahakan agar akar tidak
putus.
- Mencuci dan mencelupkan akar kedalam ember yang berisi
air, membersihkan tanah yang menempel pada akar, menuliskan dan
mengamati system perakarannya.
- Memisahkan bagian atas tanaman dengan bagian akarnya,
dengan cara memotong pada leher akar kemudian mengukur panjang akarnya.
- Menimbang berat basah masing-masing bagian sesuai dengan
perlakuannya.
- Memasukkan masing-masing bagian sesuai dengan kode
perlakuannya kedalam kantung kertas untuk dioven.
- Mengoven bagian tanaman selama 2x 24 jam untuk
mendapatkan berat kering.
- Menimbang masing-masing berat keringnya.
BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dari percobaan yang
telah dilakukan diperoleh data yang menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tanaman bagian
atas dan berat kering tanaman bagian atas dari tanaman bawang merah pada setiap
percobaan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistik
yang kemudian dimasukkan dan dibuat dalam bentuk grafik dan histogram. Data
yang tersaji dalam bentuk grafik dan histogram adalah rata-rata tanaman
perparameter pengamatan setiap percobaan perminggu.
5.1. Grafik rata-rata tinggi tanaman tiap minggu
Tinggi
tanaman dari minggu keminggu selalu mengalami kanaikan. Pada perlakuan S1 jumlah populasi di dalamnya hanya satu tanaman,
sehingga pada perlakuan S1 tidak terjadi kompetisi memiliki tinggi tanaman tertinggi
karena dengan tidak adanya kompetisi maka kebutuhan unsur hara, air, penyinaran, mineral dan,
ruang hidup dapat tercukupi. Rata-rata
tinggi tanaman pada perlakuan S1 terus mengalami kenaikan setiap minggunya
dengan rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi dari rata-rata tinggi tanaman
yang lain. Diameter daun S1 lebih besar
dibanding perlakuan yang lain.
Kompetisi
yang terjadi pada perlakuan S2 mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman. Dengan adanya kompetisi pada perlakuan S2 maka
terjadi perebutan unsur hara, penyinaran,
air, mineral dan ruang untuk hidup, karena adanya kompetisi maka tinggi
rata-rata S2 lebih rendah di banding dengan tinggi rata-rata S1.
Pada
perlakuan S3 daya saing yang terjadi lebih besar dibanding S2 dan S1 karena itulah nutrisi yang diperlukan
untuk tumbuh diperebutkan oleh indvidu lebih banyak. Dengan daya saing yang
lebih besar maka pertumbuhannya semakin terhambat, tapi pada S3 pada minggu 3,4 dan 5
lebih tinggi dari S2. Walaupun demikian diameter daun atau bagian atas tanaman pada tanaman S2 lebih
besar dibanding S3, itu berarti tanaman pada perlakuan S3 lebih memilih untuk
tumbuh lebih tinggi untuk memperebutkan
atau mendapatkan sinar matahari.
Pada
perlakuan S4
daya saing yang terjadi lebih besar dibanding perlakuan yang lain karena itulah
nutrisi yang diperlukan
untuk tumbuh diperebutkan lebih banyak oleh
individu. Dengan
daya saing yang lebih besar maka pertumbuhannya semakin terhambat, pada S4 tinggi tanaman lebih tinggi
dari S2 dan S3. Walaupun demikian
diameter daun dan kekekaran
pada tanaman S2 dan S3
lebih besar dibanding S4. Tanaman S4 lebih
tinggi karena tanaman bersaing untuk memperebutkan sinar matahari yaitu dengan
cara mempertinggi tanaman.
5.2. Grafik rata-rata jumlah daun tiap minggu
Jumlah
daun dari setiap perlakuan hingga minggu ke-5
selalu mengalami kenaikan, dari grafik di atas terlihat bahwa terjadinya
kompetisi sangat mempengaruhi bertambahnya jumlah daun, pada perlakuan S1 yang
tidak mengalami kompetisi jumlah daunnya dari minggu ke minggu terus mengalami
kenaikan. Akan tetapi dilihat dari
grafik di atas jumlah daun S1 paling sedikit dibanding perlakuan yang lain,
tetapi diameter daun dan kekekaran S1 lebih besar dan bagus dibanding perlakuan
yang lain.
Dari populasi yang padat maka terjadi kompetisi yang tinggi maka nutrisi yang didapat oleh
setiap tanaman akan semakin sedikit sehingga pembentukan jumlah daunnya akan
terhambat. Akan tetapi
dilihat dari grafik di atas hingga
minggu ke-4 semakin tinggi
tingkat persaingannya maka jumlah daun yang terbentuk semakin banyak karena
tanaman memperbanyak daun untuk berkompetisi mendapatkan cahaya dan penguapan. Pada perlakuan S2 jumlah daun
lebih banyak karena adanya kompetisi untuk penguapan dan unsur haranya
terpenuhi sehingga pada tanaman S2 daunnya lebih banyak dibading percobaan yang
lain.
5.3. Histogram panjang
akar
Histogram
di atas menunjukkan
panjang akar terpanjang adalah S1,
akar bertambah panjang karena tanaman
terpenuhi unsur hara, air, mineral dan ruang hidupnya, serta nutrisi yang cukup
sehingga pertumbuhan panjang akarnya semakin cepat. Pada
S4 walaupun kompetisinya semakin tinggi
tapi panjang akar paling pendek dari perlakuan yang
lain hal itu dikarenakan S4 kekurangan sumber makanan atau ruang hidup yang lebih sempit
sehingga akar tidak dapat bertambah panjang.
Dilihat dari histogram di atas menunjukkan semakin banyak persaingan tanaman
bawang merah pada suatu tempat maka panjang akar akan semakin pendek
dikarenakan kekurangan sumber makanan atau ruang hidup yang lebih sempit.
5.4. Histogram
berat basah dan berat kering akar
Berat basah akar merupakan berat akar setelah dipanen.
Berat basah akar dipengaruhi oleh kompetisi dengan
mengabaikan perlakuan pada S3,
semakin tinggi daya saing pada suatu tempat hidup maka
semakin sedikit cabang akar yang terbentuk dan diameter akarnya semakin kecil
dari histogram di atas diketahui bahwa berat basah akar pada S4 lebih ringan
dari perlakuan yang lain.
Tapi pada percobaan ini didapatkan berat basah akar S3 lebih berat dibanding S2, mungkin hal itu
dikarenan pada S3 kompetisi tidak mempengaruhi banyaknnya akar atau terjadi
kesalahan dalam penimbagan atau dalam pemberian kode.
Berat kering akar adalah berat akar yang telah
dikeringkan dalam oven. Berat kering akar juga dipengaruhi oleh kompetisi
seperti berat basah akar di atas. Berat kering akar terberat yaitu pada perlakuan
S1, karena pada S1 ruang hidupnya lebih luas, nutrisi
pada tanah lebih tercukupi dan tidak adanya kompetisi dibanding perlakuan
lain. Pada perlakuan S2 beratnya lebih ringan dibanding S1, S3 dan S4. Dalam
percobaan ini seharusnya semakin tinggi daya saing beratnya semakin rendah,
tetapi pada berat kering akar S3 dan S4 lebih berat dibanding S2 tidak sama
pada berat basahnya, mungkin hal ini terjadi kesalahan pada pengovenan atau
penimbanagan.
5.5. Histogram
berat basah dan berat kering tanaman bagian atas
Berat basah tanaman bagian atas merupakan berat segar
tanaman bagian atas setelah dipanen. Sedangkan berat kering tanaman bagian atas
adalah berat tanaman bagian atas yang telah dikeringkan dalam oven. Histogram di
atas menunjukkan bahwa tanaman bagian atas pada S1 paling berat dibanding
dengan percobaan yang lain. Bawang merah pada perlakuan
S1 memiliki diameter daun lebih besar dan daun lebih
banyak dibanding percobaan lain. Karena pada S1 hanya tumbuh satu tanaman
bawang merah sehingga bawang merah yang tumbuh lebih terpenuhi unsur hara dan
luas ruang hidupnya.
Semakin banyak tanaman bawang merah pada suatu tempat
ruang hidup maka tingkat kompetisi atau daya saing yang terjadi akan semakin
besar. Seperti dilihat histogram di atas menunjukkan berat
basah dan berat kering tanaman
bagian atas dipengaruhi oleh kompetisi,
berat basah dan berat kering pada tanaman dengan daya saing yang semakin tinggi maka beratnya akan semakin ringan.
Dengan daya saing yang tinggi
maka pertumbuhan terhambat sehingga dari histogram di atas diketahui bahwa
berat basah dan
berat kering tanaman bagian atas pada S4 lebih ringan dari S1, S2 dan S3.
BAB VI
KESIMPULAN
Persaingan
sejenis yang terjadi pada tanama
bawang merah mempengarui pertumbuhan tanaman bawang merah tersebut.
Semaikin tinggi tingkat persaingannya maka pertumbuhan tanaman semakin terhambat, daun dan umbinya semakin terhambat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persaingan sejenis adalah kepadatan atau jarak tanam, luas media
untuk menanam. Semakin rapat jarak tanam atau semakin sempit media untuk
menanam, maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena perasaingan untuk
mendapatkan zat air, hara, dan mineral semakin ketat. Semakin tinggi tingkat
persaingan maka pertumbuhannya tanaman semakin terhambat.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,
2 D. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Angkasa.
Wirakusumah.S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi
dan komunitas. U1-Pres: Jakarta
LAMPIRAN
No.
|
Kombinasi
|
Ulangan
|
Tinggi Tanaman
|
Minggu 1
(cm)
|
Minggu 2
(cm)
|
Minggu 3
(cm)
|
Minggu 4
(cm)
|
Minggu 5
(cm)
|
1.
|
S1: 1
tanaman
|
1
|
12
|
26
|
40
|
50
|
59,5
|
2
|
8
|
21
|
32
|
39
|
46
|
3
|
10
|
27
|
35
|
49
|
53,5
|
Rata-rata
|
10
|
24,6
|
35,6
|
46
|
53
|
2.
|
S2: 2
tanaman
|
1
|
6,5
|
21
|
36
|
42
|
49,5
|
2
|
5,5
|
25
|
35
|
43
|
48,5
|
3
|
9
|
25
|
30
|
39
|
44
|
Rata-rata
|
7
|
23,6
|
33,6
|
41,3
|
47,3
|
3.
|
S3: 4
tanaman
|
1
|
4,5
|
28
|
35
|
43,5
|
48,5
|
2
|
10,5
|
8,5
|
37
|
50,5
|
52,5
|
3
|
9
|
25,5
|
33
|
42
|
46
|
Rata-rata
|
8
|
20,5
|
35
|
45,3
|
49
|
4.
|
S4: 8
tanaman
|
1
|
12
|
30,5
|
37,5
|
56,5
|
59
|
2
|
7
|
24,5
|
29,5
|
42,5
|
47
|
3
|
8
|
28
|
35
|
44
|
45
|
Rata-rata
|
9
|
27,6
|
34
|
47,5
|
50,3
|
Tabel 1 : Tinggi Tanaman
No.
|
Kombinasi
|
Ulangan
|
Jumlah daun
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 5
|
1.
|
S1: 1
tanaman
|
1
|
2
|
5
|
5
|
8
|
10
|
2
|
6
|
8
|
10
|
13
|
16
|
3
|
5
|
9
|
10
|
14
|
17
|
Rata-rata
|
4,3
|
7,3
|
8,3
|
11,6
|
14,3
|
2.
|
S2: 2
tanaman
|
1
|
10
|
16
|
20
|
31
|
36
|
2
|
9
|
14
|
19
|
36
|
36
|
3
|
0
|
14
|
18
|
20
|
26
|
Rata-rata
|
6,3
|
14,6
|
19
|
29
|
32,6
|
3.
|
S3: 4
tanaman
|
1
|
6
|
12
|
15
|
16
|
16
|
2
|
6
|
10
|
12
|
14
|
16
|
3
|
6
|
21
|
30
|
36
|
43
|
Rata-rata
|
6
|
14,3
|
19
|
22
|
25
|
4.
|
S4: 8
tanaman
|
1
|
8
|
10
|
14
|
17
|
18
|
2
|
8
|
21
|
27
|
32
|
34
|
3
|
14
|
16
|
20
|
25
|
26
|
Rata-rata
|
10
|
15,6
|
20,3
|
24,4
|
26
|
Tabel 2: Jumlah daun
Tabel 3: Berat basah dan berat kering brangkasan dan akar
No
|
Kombinasi
|
Ulangan
|
Bagian atas tanaman
|
Akar
|
Berat Basah
(g)
|
Berat Kering
(g)
|
Berat Basah
(g)
|
Berat Kering
(g)
|
1.
|
S1:
1 tanaman
|
1
|
17,76
|
1,22
|
1,15
|
0,23
|
2
|
31,00
|
1,66
|
0,85
|
0,17
|
3
|
44,64
|
4,00
|
3,59
|
0,68
|
Rata-rata
|
46,22
|
3,56
|
5,19
|
0,36
|
2.
|
S2:
2 tanaman
|
1
|
50,00
|
4,42
|
5,87
|
0,67
|
2
|
48,00
|
4,13
|
5,30
|
0,20
|
3
|
40,66
|
2,15
|
4,40
|
0,05
|
Rata-rata
|
31,13
|
2,29
|
1,86
|
0,30
|
3.
|
S3:
4 tanaman
|
1
|
10,05
|
1,42
|
4,00
|
0,45
|
2
|
28,50
|
2,40
|
3,20
|
0,38
|
3
|
41,15
|
2,28
|
1,58
|
0,30
|
Rata-rata
|
26,56
|
2.03
|
2,92
|
0,37
|
4.
|
S4:
8 tanaman
|
1
|
7,16
|
0,33
|
2,00
|
0,35
|
2
|
9,59
|
1,60
|
2,05
|
0,80
|
3
|
14,91
|
2,12
|
0,10
|
0,13
|
Rata-rata
|
10,55
|
1,35
|
1,38
|
0,42
|
Tabel 4: Panjang terpanjang akar tanaman
No
|
Kombinasi
|
Ulangan
|
Panjang
(cm)
|
1.
|
S1: 1 tanaman
|
1
|
35,5
|
2
|
34
|
3
|
32,5
|
Rata-rata
|
34
|
2.
|
S2: 2 tanaman
|
1
|
29
|
2
|
26
|
3
|
28
|
Rata-rata
|
27,6
|
3.
|
S3: 4 tanaman
|
1
|
18,5
|
2
|
29,5
|
3
|
24
|
Rata-rata
|
24
|
4.
|
S4: 8 tanaman
|
1
|
20
|
2
|
21
|
3
|
12
|
Rata-rata
|
17,6
|