Pages

Minggu, 02 Desember 2012

laporan ekologi persaingan intraspesifik tanaman bawang merah


LAPORAN PRAKTIKUM AGROEKOLOGI

PENGARUH PERSAINGAN SEJENIS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PERCOBAAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah di usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan distribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Dari analisis data ekspor-impor mengindikasikan bahwa selama periode tersebut Indonesia adalah negara importer bawang merah, karena volume ekspor untuk komuditas tersebut secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume impornya.
Berbagai indikator menyangkut status, potensi dan prospek pengembangan bawang merah di atas secara implisit tidak saja ciri positif perkembangan bawang merah, tetapi celah dan kesenjangan (sumber pertumbuhan produksi bawang merah yang didominasi oleh pertumbuhan areal serta peningkatan impor yang semakin mengancam daya saing bawang merah domestik) yang perlu mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani.
Untuk dapat menghasilkan produksi bawang merah secara optimal dan meningkatkan hasil produksi harus memperhatikan beberapa faktor, diantaranya adalah pengaturan jarak tanaman, agar tanaman satu dengan tanaman yang lain tidak bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, mineral, sinar, udara dan ruang untuk hidup.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan tanaman bawang merah pada persaingan sejenis.

1.3. KEGUNAAN PRAKTIKUM
Meminimalkan dampak negatif persaingan sejenis pada tanaman bawang merah di lahan pertanian dengan pengaturan jarak tanam. Dan apabila melakukan penanaman dalam jumlah banyak dan mengetahui dampak negatifnya bisa menghindari dampaknya atau meminimalkan dampak yang terjadi untuk meningkatkan produksi. Praktikum ini juga dapat menjadikan pengalaman serta pembelajaran yang berguna saat mahasiswa terjun ke masyarakat atau ke lapanagan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. (Indriyanto,2006)
Harper (1961) dalam Dede Setiadi,1989, menyatakan bahwa persaingan antar jenis digunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antara individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan antar jenis terdiri atas:
1.                       Persaingan aktivitas.
2.                       Persaingan sumber makanan.
Kershan (1973), mengemukakan bahwa persaingan antar jenis yang terdiri atas fase sedling sangat menentukan jumlah tanaman yang dapat hidup sampai tingkat dewasa. (Dede Setiadi,1989). Persaingan intraspesifik pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:

1.         Jenis tanaman
Sifat-sifat biologi tanaman, system perakaran, bentuk pertumbuhan dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.

2.         Kepadatan  tumbuhan
jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.


3.         penyebaran tanaman
penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji dan melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang menyebar melalui rimpang. Namun demikian persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan air.

4.         Waktu
lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Peruode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.(Wijiyanti,2008).

Bawang Merah
            Bawang merah merupakan tanaman semusim berumur sangat pendek dan di perbanyak melalui vegetatif. Akan tetapi tanaman bawang merah yang telah melalui periode pendinginan (vernalisasi) mengalami pembungaan di lapangan.
            Bawang merah biasanya digunakan sebagai penyedapmasakan sehari-hari termasuk dijadikan bawang goreng. Kegunaan lain bawang merah, yaitu sebagai obat tradisional untuk menurunkan suhu orang panas demam. Daerah produksi bawang merah yang terbesar adalah Brebes-Tegal di Jawa Tengah dan Probolinggo di Jawa Timur.
Taksonomi bawang merah
Devisio                 : Spetmathophyta
Sub-Devisio         : Angrospermae
Kelas                    : Monocotyledone
Ordo                     : Lilialaes (lihaflorae)
Famili                   : Lilialaes
Genus                   : Allium
Species                 : Allium asoalonicium
    

Syarat tumbuh bawang merah
Tanaman ini dapat ditanaman dan tumbuh di datarsn rendah sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Walaupun demikian untuk pertumbuahan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dari permukan laut. Komoditas sayuran ini pada umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan dan intensitas curah hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman bawang merah memerlukan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minima 70% penyinaran), suhu udara 25-32o C serta kelembapan nasti yang rendah.
      Jenis tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah yaitu tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-humus atau latosol. Ciri-ciri tanah yang baik antara lain yang berstuktur remah, tekstur sedang sampai liat, darainase atau aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup dan reaksi tanah tidak masam (pH:5,6-6,5).
     Waktu tanam yang baik adalah musim kemarau dengan ketersedian air atau pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April-Mei setelah panen padi pada bulan Juli atau Agustus. Penanaman dimusim kemarau tersebut biasanya dilaksanakan pada lahan bekas sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Selain iyu bawang merah dapat ditanam secara tumpangsari seperti tanaman capai.  

BAB III
BAHAN dan METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang mulai tanggal 04/10/2012 s/d 12/11/2012.

3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah polybag, cetok, penggaris, timbangan, gunting dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah gembur, pupuk, umbi bawang merah, dan air keran untuk menyiram.

3.3. Metode Percobaan
            Metode percobaan dilakukan dengan 4 perlakuann yang berbeda yaitu:
a.       S1 berisi 1 tanaman bawang merah perpolybag.
b.      S2 berisi 2 tanaman bawang merah perpolybag.
c.       S3 berisi 3 tanaman bawang merah perpolybag.
d.      S4 berisi 4 tanaman bawang merah perpolibag,
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3x. Pengambilan data berupa tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan setiap minggu hingga minggu ke-5. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistic yang kemudian diplotkan dalam bentuk  grafik dan histogram.

3.4. Pelaksanaan Percobaan
1.   Tahap pengisian media tanam dan bahan tanam
Ditentukan lokasi untuk tempat pengambilan tanah. Tanah  yang diambil dimasukan ke dalam polybag kurang lebih tiga perempat dari isi polybag. Kemudian setiap  polybag diberi tanda. Polybag yang telah diisi tanah dibiarkan sampai pada waktu penanaman.
Sebelum umbi yang telah disiapkan untuk ditanam sebaiknya dilakukan pemilihan umbi yang paling bagus atau baik untuk di tanam terlebih dahulu dan pemangkasan pada ujung umbi atau 1/3nya, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan.


2. Tahap Penanaman
Umbi atau tunas yang sudah dipilih dengan baik kemudian ditanam di dalam polybag yang telah disiapkan. Pola penanaman disesuaikan dengan metode percobaan, setiap polybag yang telah ditanami umbi ditandai dengan menggunakan kertas label. Pada polybag 1 ditanam 1 umbi bawang merah, pada polybag 2 ditanami 2 umbi bawang merah, pada polybag 3 ditanam 4 umbi bawang merah, dan pada polybag 4 ditanam 8 umbi bawang merah. Jarak masing-masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan dan penanaman umbi yaitu diditanam 2/3nya supaya mempercepat pertumbuhan dan mencegah kebusukan pada umbi atau tunas.

3. Tahap pemeliharaan
Tahap pemeliharaan meliputi:
a.    Penyiraman
Penyiraman yang telah dilakukan pada percobaan ini yaitu setiap 2x sehari dengan menggunakan air kran.
b.    Penyulaman
Penyulaman dilakukan apa bila umbi yang ditanam tidak tumbuh. Penyulaman maksimal dilakukan hingga dua minggu setelah penanaman. Pada percobaan ini penyulaman dilakukan tiga polybag yaitu pada
-  Polybag S1(1-1) pada polybag ini disulam 1 tanaman bawang merah karena umbi bawang merah yang ditanam busuk.
-  Polybag S3 (3-2) pada polybag ini disulam 2 tanaman bawang merah karena umbi bawang merah tidak tumbuh.
c.    Penyianagan
penyiangan dilakukan apabila di sekitar tanam tumbuh tumbuhan penganggu atau gulma, tanaman penganggu tersebut dicabut agar tidak menganggu pertumbuhan bawang merah.
d.   Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan dengan cara mengambil secara langsung hama yang menyerang tanamani bawang merah dan memotong daun yang terkena hama atau penyakit.


3.5. Parameter Pengamatan
            Pengamatan dilakukan pada semua tanaman bawang merah yang ada dengan parameter pengamatan sebagia berikut:
1.    Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tanaman dilakukan menggunan penggaris pada tanaman yang tingginya kurang dari 30 cm dan menggunakan metren pada tanaman yang tingginya lebih dari 30 cm dengan cara diukur dari pangkal tanaman sampai pada titik tumbuh atau ujung daun tanaman bawang merah. Pengukuran dilakukan setiap minggu hingga minggu ke-5.
2.    Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah yang terbentuk pada setiap tanaman dan dilakukan setiap minggu hingga menggu ke-5.
3.    Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen dan akarnya telah dibersihkan dari tanah, cara pengukurannya dilakukan dari leher akar sampai ujung akar terpanjang.
4.    Berat basah akar (g)
Penimbangan berat basah akar dilakukan setelah pemanenan saat akar masih dalam keadaan segar, penimbangan dilakukan menggunakan timbanagan analitis.
5.    Berat kering akar (g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh berat konstan, penimbanggan dilakukan menggunakan timbangan digital.
6.    Berat basah tanaman bagian atas (g)
Penimbangan berat basah tanaman bagian atas dilakukan setelah pemanenan saat tanaman masih dalam keadaan segar, penimbangan dilakukan menggunakan timbanagan analitis.

7.    Berat kering tanaman bagian atas (g)
Penimbangan berat kering tanaman bagian atas dilakukan setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh berat konstan, penimbanggan dilakukan menggunakan timbangan digital.
8.    Pengamatan visual
Pengamatan visual dilakukan pada saat panen dengan tujuan untuk mengetahui atau membandingkan percobaan yang telah dilakukan berdasarkan perlakuannya. Pengatan visual ini meliputi tinggi tanaman, besar dan tebal daun, warna daun, kekekaran bagian atas tanaman, distribusi akar dan besar umbi.

BAB IV
PANEN

4.1. Waktu panen
Pemanenan dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang pada hari Senin tanggal 12 November 2012.

4.2. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan untuk pemanenan adalah: metren, timbangan, kantung kertas koran sebanyak 42 lembar, pisau/cutter, ember dan, alat tulis.

4.3. Cara panen
  1. Mengukur tinggi tamaman dan menghitung jumlah daun.
  2. Menyiram media secukupnya.
  3. Menyobek polybag dan melepaskan tanah dari akar, mengusahakan agar akar tidak putus.
  4. Mencuci dan mencelupkan akar kedalam ember yang berisi air, membersihkan tanah yang menempel pada akar, menuliskan dan mengamati system perakarannya.
  5. Memisahkan bagian atas tanaman dengan bagian akarnya, dengan cara memotong pada leher akar kemudian mengukur panjang akarnya.
  6. Menimbang berat basah masing-masing bagian sesuai dengan perlakuannya.
  7. Memasukkan masing-masing bagian sesuai dengan kode perlakuannya kedalam kantung kertas untuk dioven.
  8. Mengoven bagian tanaman selama 2x 24 jam untuk mendapatkan berat kering.
  9. Menimbang masing-masing berat keringnya.

BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tanaman bagian atas dan berat kering tanaman bagian atas dari tanaman bawang merah pada setiap percobaan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistik yang kemudian dimasukkan dan dibuat dalam bentuk grafik dan histogram. Data yang tersaji dalam bentuk grafik dan histogram adalah rata-rata tanaman perparameter pengamatan setiap percobaan perminggu.

5.1. Grafik rata-rata tinggi tanaman tiap minggu
Tinggi tanaman dari minggu keminggu selalu mengalami kanaikan. Pada perlakuan S1 jumlah populasi di dalamnya hanya satu tanaman, sehingga pada perlakuan S1 tidak terjadi kompetisi memiliki tinggi tanaman tertinggi karena dengan tidak adanya kompetisi maka kebutuhan unsur hara, air, penyinaran, mineral dan, ruang hidup dapat tercukupi. Rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan S1 terus mengalami kenaikan setiap minggunya dengan rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi dari rata-rata tinggi tanaman yang lain. Diameter daun S1 lebih besar dibanding perlakuan yang lain.

Kompetisi yang terjadi pada perlakuan S2 mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Dengan adanya kompetisi pada perlakuan S2 maka terjadi perebutan unsur hara, penyinaran, air, mineral dan ruang untuk hidup, karena adanya kompetisi maka tinggi rata-rata S2 lebih rendah di banding dengan tinggi rata-rata S1.
Pada perlakuan S3 daya saing yang terjadi lebih besar dibanding S2 dan S1 karena itulah nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh diperebutkan oleh indvidu lebih banyak. Dengan daya saing yang lebih besar maka pertumbuhannya semakin terhambat, tapi pada S3 pada minggu 3,4 dan 5 lebih tinggi dari S2. Walaupun demikian diameter daun atau bagian atas tanaman pada tanaman S2 lebih besar dibanding S3, itu berarti tanaman pada perlakuan S3 lebih memilih untuk tumbuh lebih tinggi untuk memperebutkan atau mendapatkan sinar matahari.
Pada perlakuan S4 daya saing yang terjadi lebih besar dibanding perlakuan yang lain  karena itulah nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh diperebutkan lebih banyak oleh individu. Dengan daya saing yang lebih besar maka pertumbuhannya semakin terhambat, pada S4 tinggi tanaman lebih tinggi dari S2 dan S3. Walaupun demikian diameter daun dan kekekaran pada tanaman S2 dan S3 lebih besar dibanding S4. Tanaman S4 lebih tinggi karena tanaman bersaing untuk memperebutkan sinar matahari yaitu dengan cara mempertinggi tanaman.

5.2. Grafik rata-rata jumlah daun tiap minggu
Jumlah daun dari setiap perlakuan hingga minggu ke-5 selalu mengalami kenaikan, dari grafik di atas terlihat bahwa terjadinya kompetisi sangat mempengaruhi bertambahnya jumlah daun, pada perlakuan S1 yang tidak mengalami kompetisi jumlah daunnya dari minggu ke minggu terus mengalami kenaikan. Akan tetapi dilihat dari grafik di atas jumlah daun S1 paling sedikit dibanding perlakuan yang lain, tetapi diameter daun dan kekekaran S1 lebih besar dan bagus dibanding perlakuan yang lain.
Dari populasi yang padat maka terjadi kompetisi yang tinggi maka nutrisi yang didapat oleh setiap tanaman akan semakin sedikit sehingga pembentukan jumlah daunnya akan terhambat. Akan tetapi dilihat dari grafik di atas hingga minggu ke-4 semakin tinggi tingkat persaingannya maka jumlah daun yang terbentuk semakin banyak karena tanaman memperbanyak daun untuk berkompetisi mendapatkan cahaya dan penguapan. Pada perlakuan S2 jumlah daun lebih banyak karena adanya kompetisi untuk penguapan dan unsur haranya terpenuhi sehingga pada tanaman S2 daunnya lebih banyak dibading percobaan yang lain.


5.3. Histogram panjang akar
Histogram di atas menunjukkan panjang akar terpanjang adalah S1, akar bertambah panjang karena tanaman terpenuhi unsur hara, air, mineral dan ruang hidupnya, serta nutrisi yang cukup sehingga pertumbuhan panjang akarnya semakin cepat. Pada S4 walaupun kompetisinya semakin tinggi tapi panjang akar paling pendek dari perlakuan yang lain hal itu dikarenakan S4 kekurangan sumber makanan atau ruang hidup yang lebih sempit sehingga akar tidak dapat bertambah panjang. Dilihat dari histogram di atas menunjukkan semakin banyak persaingan tanaman bawang merah pada suatu tempat maka panjang akar akan semakin pendek dikarenakan kekurangan sumber makanan atau ruang hidup yang lebih sempit.
5.4. Histogram berat basah dan berat kering akar

Berat basah akar merupakan berat akar setelah dipanen. Berat basah akar dipengaruhi oleh kompetisi dengan mengabaikan perlakuan pada S3, semakin tinggi daya saing pada suatu tempat hidup maka semakin sedikit cabang akar yang terbentuk dan diameter akarnya semakin kecil dari histogram di atas diketahui bahwa berat basah akar pada S4 lebih ringan dari perlakuan yang lain. Tapi pada percobaan  ini didapatkan berat basah akar S3 lebih berat dibanding S2, mungkin hal itu dikarenan pada S3 kompetisi tidak mempengaruhi banyaknnya akar atau terjadi kesalahan dalam penimbagan atau dalam pemberian kode.
Berat kering akar adalah berat akar yang telah dikeringkan dalam oven. Berat kering akar juga dipengaruhi oleh kompetisi seperti berat basah akar di atas. Berat kering akar terberat yaitu pada perlakuan S1, karena pada S1 ruang hidupnya lebih luas, nutrisi pada tanah lebih tercukupi dan tidak adanya kompetisi dibanding perlakuan lain. Pada perlakuan S2 beratnya lebih ringan dibanding S1, S3 dan S4. Dalam percobaan ini seharusnya semakin tinggi daya saing beratnya semakin rendah, tetapi pada berat kering akar S3 dan S4 lebih berat dibanding S2 tidak sama pada berat basahnya, mungkin hal ini terjadi kesalahan pada pengovenan atau penimbanagan.

5.5. Histogram berat basah dan berat kering tanaman bagian atas

Berat basah tanaman bagian atas merupakan berat segar tanaman bagian atas setelah dipanen. Sedangkan berat kering tanaman bagian atas adalah berat tanaman bagian atas yang telah dikeringkan dalam oven. Histogram di atas menunjukkan bahwa tanaman bagian atas pada S1 paling berat dibanding dengan percobaan yang lain. Bawang merah pada perlakuan S1 memiliki diameter daun lebih besar dan daun lebih banyak dibanding percobaan lain. Karena pada S1 hanya tumbuh satu tanaman bawang merah sehingga bawang merah yang tumbuh lebih terpenuhi unsur hara dan luas ruang hidupnya.
Semakin banyak tanaman bawang merah pada suatu tempat ruang hidup maka tingkat kompetisi atau daya saing yang terjadi akan semakin besar. Seperti dilihat histogram di atas menunjukkan berat basah dan berat kering tanaman bagian atas dipengaruhi oleh kompetisi, berat basah dan berat kering pada tanaman dengan daya saing yang semakin tinggi maka beratnya akan semakin ringan. Dengan daya saing yang tinggi maka pertumbuhan terhambat sehingga dari histogram di atas diketahui bahwa berat basah dan berat kering tanaman bagian atas pada S4 lebih ringan dari S1, S2 dan S3.

BAB VI
KESIMPULAN

Persaingan sejenis yang terjadi pada tanama bawang merah mempengarui pertumbuhan tanaman bawang merah tersebut. Semaikin tinggi tingkat persaingannya maka pertumbuhan tanaman semakin terhambat, daun dan umbinya semakin terhambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan sejenis adalah kepadatan atau jarak tanam, luas media untuk menanam. Semakin rapat jarak tanam atau semakin sempit media untuk menanam, maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena perasaingan untuk mendapatkan zat air, hara, dan mineral semakin ketat. Semakin tinggi tingkat persaingan maka pertumbuhannya tanaman semakin terhambat.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, 2 D. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Angkasa.
Wirakusumah.S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan komunitas. U1-Pres: Jakarta
www.wikipedia.com / bawang merah.

LAMPIRAN


No.

Kombinasi

Ulangan
Tinggi Tanaman

Minggu 1
(cm)

Minggu 2
(cm)

Minggu 3
(cm)

Minggu 4
(cm)

Minggu 5
(cm)
1.
S1: 1 tanaman
1
12
26
40
50
59,5
2
8
21
32
39
46
3
10
27
35
49
53,5
Rata-rata
10
24,6
35,6
46
53
2.
S2: 2 tanaman
1
6,5
21
36
42
49,5
2
5,5
25
35
43
48,5
3
9
25
30
39
44
Rata-rata
7
23,6
33,6
41,3
47,3
3.
S3: 4 tanaman
1
4,5
28
35
43,5
48,5
2
10,5
8,5
37
50,5
52,5
3
9
25,5
33
42
46
Rata-rata
8
20,5
35
45,3
49
4.
S4: 8 tanaman
1
12
30,5
37,5
56,5
59
2
7
24,5
29,5
42,5
47
3
8
28
35
44
45
Rata-rata
9
27,6
34
47,5
50,3
Tabel 1 : Tinggi Tanaman


No.

Kombinasi

Ulangan
Jumlah daun

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5
1.
S1: 1 tanaman
1
2
5
5
8
10
2
6
8
10
13
16
3
5
9
10
14
17
Rata-rata
4,3
7,3
8,3
11,6
14,3
2.
S2: 2 tanaman
1
10
16
20
31
36
2
9
14
19
36
36
3
0
14
18
20
26
Rata-rata
6,3
14,6
19
29
32,6
3.
S3: 4 tanaman
1
6
12
15
16
16
2
6
10
12
14
16
3
6
21
30
36
43
Rata-rata
6
14,3
19
22
25
4.
S4: 8 tanaman
1
8
10
14
17
18
2
8
21
27
32
34
3
14
16
20
25
26
Rata-rata
10
15,6
20,3
24,4
26
 Tabel 2: Jumlah daun

Tabel 3: Berat basah dan berat kering brangkasan dan akar

No

Kombinasi

Ulangan
Bagian atas tanaman
Akar
Berat Basah
(g)
Berat Kering
(g)
Berat Basah
(g)
Berat Kering
(g)
1.
S1:
1 tanaman
1
17,76
1,22
1,15
0,23
2
31,00
1,66
0,85
0,17
3
44,64
4,00
3,59
0,68
Rata-rata
46,22
3,56
5,19
0,36
2.
S2:
2 tanaman
1
50,00
4,42
5,87
0,67
2
48,00
4,13
5,30
0,20
3
40,66
2,15
4,40
0,05
Rata-rata
31,13
2,29
1,86
0,30
3.
S3:
4 tanaman
1
10,05
1,42
4,00
0,45
2
28,50
2,40
3,20
0,38
3
41,15
2,28
1,58
0,30
Rata-rata
26,56
2.03
2,92
0,37
4.
S4:
8 tanaman
1
7,16
0,33
2,00
0,35
2
9,59
1,60
2,05
0,80
3
14,91
2,12
0,10
0,13
Rata-rata
10,55
1,35
1,38
0,42

Tabel 4: Panjang terpanjang akar tanaman
No
Kombinasi
Ulangan
Panjang
(cm)
1.
S1: 1 tanaman
1
35,5
2
34
3
32,5
Rata-rata
34
2.
S2: 2 tanaman
1
29
2
26
3
28
Rata-rata
27,6
3.
S3: 4 tanaman
1
18,5
2
29,5
3
24
Rata-rata
24
4.
S4: 8 tanaman
1
20
2
21
3
12
Rata-rata
17,6
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger